Setelah harus menunggu selama kurang lebih empat bulan, fullback Timnas Indonesia, Pratama Arhan akhirnya melakoni debutnya bersama Tokyo Verdy. Pratama Arhan bermain selama 45 menit saat Tokyo Verdy bertandang ke markas Tochigi SC di pekan ke 24 J2 League pada Rabu, (6/7/2022). Menariknya, Arhan tak dipasang sebagai fullback kiri seperti posisi aslinya.
Pemain berusia 20 tahun itu justru dimainkan sebagai winger kanan dalam skema 4 4 2 Tokyo Verdy. Jelas, dimainkan di posisi tersebut menjadi tantangan sendiri bagi Pratama Arhan. Ia kesulitan mengembangkan permainan terbaiknya, dan lebih banyak menunggu di sisi tepi untuk menerima bola daripada membantu penyerangan Tokyo Verdy.
Meski begitu, Arhan hampir mencatatkan asisst di menit 33', lewat umpan melekungkung dari sisi kanan, bola crossing Arhan mampu dieksekusi oleh striker Verdy, Kawamura. Sayangnya, sontekan pemain nomor punggung 29 itu masih mampu ditangkap kiper Tochigi FC. Pratama Arhan yang tampil starter akhirnya diganti saat babak kedua kembali dimulai.
Bermainnya Arhan di posisi baru, membuat pertanyaan menyeruak, siapa sebenarnya pesaing bek Timnas Indonesia itu di fullback Tokyo Verdy? Dilansir Transfermarkt ,Tokyo Verdytelah memiliki dua pemain yang berposisi sebagai bek kiri. Kedua pemain tersebut adalah Ren Kato (22 tahun) dan Yuta Narawa (34 tahun).
Nama yang disebutkan pertama akan menjadi pesaing paling berat bagi Arhan untuk memperebutkan posisi utama sebagai bek kiriTokyo Verdy. Ren Kato telah bermain sebanyak 16 kali di musim 2022/2023 dan sukses menyumbangkan satu gol. Melihat performanya sejak musim lalu, Kato memiliki atribut yang sama seperti Arhan, yaitu mengandalkan kecepatan dan umpan crossing yang akurat.
Pergerakannya begitu cair, kemampuannya melakukan penetrasi juga berkali kali mampu merepotkan pertahanan lawan. Tak hanya menjadi bek kiri, Kato juga sering dipasang menjadi pemain sayap ketika Tokyo Verdy mengalami kebuntuan. Ren Kato juga memiliki atriut bertahan yang mentereng, ia menajdi pemain yang sulit untuk dilewati ketika duel satu lawan satu.
Positioning dan timingnya dalam mengambil keputusan juga begitu membantu Tokyo Verdy dalam melakukan transisi menyerang ke bertahan, begitupun sebaliknya.